MANUS.ID Opini -- Secara jujur, kita harus mengakui generasi kie raha masih sangat tertinggal. Ketertinggalan itu dapat dilihat melalui indeks pembangunan manusia. Sesuai dengan data BPS tentang Indeks Pembangunan Manusia (IPM) Provinsi di Indonesia Tahun 2018,
Apabila dibandingkan dengan pulau besar lainnya, kawasan Indonesia Timur khususnya Maluku Utara berada dalam kategori sedang bahkan bisa dikatakan menuju ke kategori rendah apabila tidak ada keseriusan pemerintah daerah dalam peningkatan sumber daya manusia.
Berikut Gambar Peta Indeks Pembangunan Manusia Provinsi di Indonesia Tahun 2018 (Sumber BPS 2018)
Efek pembangunan nasional yang terpusat di Pulau Jawa, serta dampak konflik horizontal pada 1999 masih terasa imbasnya hingga hari ini. Meskipun sistem pemerintahan telah berubah, tetapi kehidupan sosial masyarakat belum sepenuhnya berubah.
Begitupun dengan kekayaan alam seperti emas, cengkeh, pala, dan potensi laut masih belum dikelola secara baik. Potensi hasil alam tersebut nyatanya belum mampu dimanfaatkan untuk meningkatkan kesejahteraan, kemakmuran, dan kemajuan masyarakat dan generasi kie raha.
Wacana Generasi Milenial
Sebelum membahas tantangan generasi kie raha ke depan, mari mengenal perkembangan generasi yang saat ini dikenal dengan sebutan milenial.
Wiliam Strauss dan Neil adalah pelaku yang memopulerkan istilah milenial melalui karyanya, Millennials Rising: The Next Great Generation (2000). Generasi milenial diartikan sebagai generasi kelahiran tahun
1980an sampai dengan 1990an atau awal 2000an. Dalam istilah yang lain, milenial juga dikenal sebagai generasi Y, yang hadir pasca generasi X.
Generasi ini merupakan generasi yang melibatkan teknologi dalam segala aspek kehidupannya. Sebut saja, misalnya, penggunaan smartphone (telepon pintar) jangankan sehari, semenit pun smartphonetidak bisa lepas dari genggaman.
Dengan menggunakan perangkat smartphone, para milenial memiliki potensi untuk menjadi individu yang lebih produktif dan efisien. Oleh karena itu, mereka mampu menciptakan berbagai peluang kerja baru seiring dengan perkembangan teknologi yang kian mutakhir
Walaupun demikian, imajinasi bahwa milenial sangat dekat dengan teknologi memuat pertanyaan besar apabila melihat generasi milenial yang hidup di kabupaten atau pedesaan yang ada di kawasan Indonesai Timur. Misalnya, jika kita menilik lebih dalam pada kehidupan sehari-hari milenial kie raha yang tinggal di pedesaan, maka akan sampai pada kesimpulan sebagian besar tidak mendapatkan pendidikan yang layak dan tidak tersentuh oleh kemajuan zaman.
Berikut Gambar Penggunaan Telfon Seluler (HP) Atau Nirkabel pada Generasi Milenial Sesua Wilayah Provinsi di Indonesia Tahun 2017 (Sumber Sunsenas BPS)
Berdasarkan data Survei Sosial Ekonomi Nasional (Sunsenas) oleh BPS (2018), mengambarkan generasi milenial di Provinsi Papua dan Maluku Utara berada pada urutan paling rendah pengguna smartphone dengan penetrasi 54,34 persen dan 79,47 persen. Sebagai satu indikator, ketika penggunaan smartphone saja masih minim, maka jangan bayangkan dengan platform yang lain.
Zaman Yang Berubah
Pada 2020-2030, Indonesia sedang menikmati bonus demografi. Di masa ini, jumlah usia angkatan kerja (15-64 tahun) mencapai sekitar 70 persen, sedangkan 30 persen merupakan penduduk tidak produktif.
Pada 2030 adalah waktu yang menentukan, Indonesia akan menunjukkan kegigihannya, daya saing, dan kesuksesan dengan segala macan yang dipunyai. Namun, pada waktu yang bersamaan akan menentukan, menjadi negara yang sukses atau menjadi negara gagal. Untuk tingkat daerah, apakah akan menjadi penyumbang generasi produktif atau generasi yang tidak produktif.
Di tengah zaman yang berkembang dengan sangat pesat, teknologi menjadi instrumen yang melekat pada kemajuan. Kecanggihan teknologi digital telah memberikan kemudahan dan manfaat terhadap aktivitas manusia, tidak hanya pada sektor bisnis, namun juga ke berbagai sektor, termasuk di pendidikan dan pemerintahan.
Perkembangan dunia teknologi semakin masif dengan adanya Revolusi Industri 4.0. Perkembangan itu ditandai dengan kecanggihan digital, percepatan informasi, dan big data. Kemajuan tersebut membawa dampak perubahan atas gaya hidup masyarakat saat ini. Walaupun begitu, kemajuan tersebut tidak akan berjalan maksimal tanpa kesiapan SDM dan infrastruktur teknologi yang memadai.
Di Indonesia Timur, alih-alih revolusi industri 4.0, akses internet pun masih sulit didapat. Ketimpangan teknologi begitu nyata. Bahkan kota-kota yang di harapkan menjadi sentral kemajuan pun masih jauh dari harapan. Untuk itu, tidak menutup kemungkinan akan banyak porsi penduduk tidak produktif yang disumbangkan oleh milenial di wilayah Papua, Maluku, dan Maluku Utara di waktu yang akan datang.
Rekomendasi
Tuntutan zaman menghendaki tidak hanya manusia cerdas, namun juga manusia yang produktif. Untuk mencapai tujuan itu, sangat dibutuhkan kerja sama antara semua pihak, baik itu pemerintah maupun komponen masyarakat.
Semua elemen harus bertindak untuk tidak menunggu perubahan, namun menjemput perubahan. Salah satu solusi ialah dengan memperbaiki kualitas SDM, dengan memberikan pendidikan yang berkualitas yang didukung dengan tersedianya fasilitas yang memadai. Pembangunan SDM harus menjadi prioritas, terlebih di wilayah pelosok pedesaan.
Di sisi yang lain, pembangunan infrastruktur teknologi harus terus dilakukan. Karena di era revolusi industri 4.0, infrastruktur teknologi merupakan fondasi untuk memberikan kemudahan dalam urusan pelayanan kepada masyarkat, termasuk kepada kaum milenial yang sangat akrab dengan teknologi. Kesiapan infrastruktur itulah yang nantinya bisa mendorong terjadinya kreativitas dan inovasi (Saifuddin, 2015).
Demi memaksimalkan potensi generasi kie raha, maka dibutuhkan terobosan ataupun lompatan-lompatan inovasi. Untuk itu, yang dibutuhkan bukanlah pelatihan yang bersifat formalitas, hanya untuk menghabiskan anggaran akhir tahun.
Yang harus dilakukan adalah program pemberdayaan, baik itu dilakukan oleh pemerintah maupun non-pemerintah dengan berfokus pada pengembangan skillberbasis teknologi (literasi digital), pengayaan bahasa asing, dan pengembangan pengetahuan pengelolaan potensi sumber daya alam melalui program ekonomi kreatif.
Sebagai perenungan bersama, sembari menyeruput secangkir kopi. Mari kita renungkan pesan Bapak Republik, Sutan Ibrahim, �Lapar tak berarti kenyang bagi si miskin. Si lapar yang kurus kering tak bisa kita kenyangkan dengan kata kenyang saja, walaupun kita ulangi 1001 kali.�
Penulis :Dafrin Muksin
Editor : Redaksi
Daftar Bacaan
Badan Pusat Statistik. (2018a). Indeks Pembangunan Manusia 2018. Badan Pusat Statistik.
Badan Pusat Statistik. (2018b). Statistik Gender Tematik: Profil Generasi Milenial Indonesia.Jakarta.
Kementrian Ppn/Bappenas. (2019). Siaran Pers Bonus Demografi 2030-2040?: Strategi Indonesia Terkait Ketenagakerjaan Dan Pendidikan.
Saifuddin, F. A. N. & R. (2015). Smart People, Smart Mobility. Konsep Kota Pintar Yang Bertumpu Pada Masyarakat Dan Pergerakannya Di Kota Metro, (September). Https://Doi.Org/10.1314
Tidak ada komentar:
Posting Komentar