(Oleh: Margarita D. I. Ottu, M.Pd.K)
Anak merupakan generasi penerus
cita-cita perjuangan bangsa serta sebagai sumber daya manusia di masa depan
yang merupakan modal bangsa bagi pembangunan yang berkesinambungan (sustainable
development).
Menurut UU RI No. 35 tahun 2014, anak adalah seseorang
yang belum berusia 18 (delapan belas) tahun termasuk anak yang masih dalam
kandungan. Dalam undang-undang yang sama dijelaskan bahwa perlindungan anak
adalah segala kegiatan untuk menjamin dan melindungi anak dan hak-haknya agar
dapat hidup, tumbuh, berkembang, dan berpartisipasi secara optimal sesuai
dengan harkat dan martabat kemanusiaan, serta mendapat perlindungan dari
kekerasan dan diskriminasi.
Kepentingan yang utama untuk
tumbuh dan berkembang dalam kehidupan anak harus memperoleh prioritas yang
sangat tinggi. Sayangnya, tidak semua anak mempunyai kesempatan yang sama dalam
merealisasikan harapan dan aspirasinya. Banyak di antara mereka yang beresiko
tinggi untuk tidak tumbuh dan berkembang secara sehat, tidak mendapatkan
pendidikan yang terbaik karena keluarga yang miskin, orang tua bermasalah,
diperlakukan salah, ditinggal orang tua, sehingga tidak dapat menikmati hidup secara
layak.
Adapun yang menjadi hak anak yang
harus diberikan adalah Hak untuk Bermain, Hak untuk mendapatkan Pendidikan, Hak
untuk mendapatkan Perlindungan, Hak untuk mendapatkan Nama (Identitas),
Hak untuk mendapatkan Status Kebangsaan, Hak untuk mendapatkan Makanan, Hak
untuk mendapatkan Akses Kesehatan, Hak untuk mendapatkan Rekreasi, Hak
untuk mendapatkan Kesamaan, Hak untuk memiliki Peran Dalam Pembangunan.
Sehingga dapat dikatakan bahwa anak-anak merupakan bagian yang
penting dari masyarakat.
Beberapa ayat Alkitab mengungkapkan betapa Tuhan sangat
mengasihi anak-anak (Markus 10: 14; Markus 9: 42). Tersirat alasan mengapa anak
penting, karena: Anak adalah hadiah dari Tuhan
(Ulangan 7: 13; Mazmur 127: 3); Orang
dewasa (orangtua) menerima berkat istimewa melalui anak-anak mereka (Bilangan
5: 28; Ulangan 28: 4, 11; Ratapan 4: 2); Anak sangat diinginkan (Kejadian
9: 7; Ulangan 6: 3; Lukas 1: 24-25); Anak-anak perlu diajarkan
soal mengenal dan membangun relasi dengan Tuhan (Keluaran 12:
26, 37; Ulangan 4: 9-10; 6: 1-7; 31:12-13; Mazmur 78: 4-6; Amsal 22: 6); Anak penting sekali memiliki hubungan yang
berbuah di dalam Tuhan (Amsal 8: 32; 19: 26; Yeremia 2: 30; 3:
22; Efesus 6: 1; Kolose 3: 20); Anak sangat bernilai dimata
Tuhan karena itu Dia memerintahkan orangtua untuk melindungi mereka (1
Samuel 20: 42; Ezra 8: 21); Tuhan mau mempunyai hubungan
yang asli dengan anak-anaknya (Maleakhi 2: 15; Matius 21: 15;
Markus 10: 13-16); Ungkapan sayang Tuhan kepada
anak-anak cukup mengungkapkan kalau mereka perlu menerima disiplin (Amsal
3: 11-12; 13: 24; 19:18; 23: 13; 29: 15-17; Efesus 6: 4); Tuhan senang dengan kealamiahan dan karakter anak
(Matius 18: 3; 19: 14; Filipi 2: 15).
Anak-anak secara negara punya hak yang sama seperti
masyarakat dewasa lainnya. Alkitab pun juga tidak mengesampingkan peran
anak-anak. Secara jelas terdapat lebih dari 100 kata “anak” yang digunakan, dan
banyak kisah di Alkitab yang melibatkan anak-anak di dalamnya. Tapi, sayangnya
banyak juga kisah di Alkitab yang menceritakan tentang pengabaian dan
eksploitasi anak di masa itu. Seperti yang dikisahkan bahwa disita atau
digadai karena miskin (Ayub 24:9); Lapar dan telanjang (Ayub 24:10); Trafficking dan pelacuran
(Yoel 3:3); Penyalahgunaan (Amos 2:7); Mengorbankan anak (Yeremia 32: 35).
Anak adalah milik pusaka Tuhan
yang diperhatikan dan dilindungi oleh Tuhan. Dalam Matius 18, Yesus berkata
bahwa barangsiapa menyesatkan anak-anak maka lebih baik baginya jika sebuah
batu kilangan diikatkan pada lehernya lalu ia ditenggelamkan ke dalam laut.
Tuhan tahu bahwa anak adalah manusia tidak berdaya dan milik pusaka-Nya. Tuhan
mau kita melayani anak-anak dengan segenap hati karena Dia punya perhatian yang
sangat besar kepada anak-anak.
Anak seperti anak panah di tangan
pahlawan, yang pertama anak panah itu harus lurus. Yang kedua harus kuat. Tuhan
mau anak-anak yang dikaruniakan kepada kita entah itu anak kandung maupun
anak-anak rohani kita menjadi anak yang lurus hidupnya dan kuat, baru dia bisa
menjadi anak panah di tangan pahlawan. Orang tua, guru-guru di sekolah,
pendeta, guru sekolah minggu, adalah para pahlawan yang mempunyai peran yang
besar dalam membentuk anak.
Menyikapi tingginya angka kekerasan terhadap anak menjadi
tantangan terbesar bagi setiap elemen baik Keluarga, Gereja, Lembaga Pendidikan
maupun Pemerintah. Ironisnya, berbagai aturan pun telah dikumandangkan,
frekuensi sosialisasi pun banyak digaungkan tapi seakan tak mampu memberikan
efek jerah. Akankah kita sebagai orang dewasa terus berpangku tangan dan hanya
mampu melontarkan kata “kasihan” kepada mereka (anak) yang tertindas?
Anak hidup dalam suatu konteks
yaitu rumah, Gereja, kerabat dan kebijakan pemerintah. Kehidupan di rumah akan
mempengaruhi anak jika hubungan orang tua kurang harmonis maka akan
mempengaruhi kejiwaan anak. Jika gereja tidak punya program pembinaan anak yang
baik maka akan mempengaruhi pertumbuhan rohani anak. Jika sekolah, guru-gurunya
tidak mempersiapkan pengajaran dengan baik dan memberikan teladan maka akan
mempengaruhi anak. Kerabat dan kebijakan pemerintah juga mempengaruhi anak dan
anak tidak bisa tumbuh dengan sendirinya, ada konteks lingkungan yang mempengaruhinya.
Selain dipengaruhi maka anak bisa mempengaruhi orang-orang di sekitarnya.
Prinsip dasar dalam Alkitab bagi keluarga Kristen dalam
melindungi anak yaitu (1) mengajar dengan membicarakan (Ulangan 11:19) menjadi
tanggung jawab setiap orangtua untuk membicarakan Firman Tuhan kepada anak dan
berusaha menuntun anak pada hubungan yang setia dengan Tuhan dan takut akan
Tuhan; (2) menjadi pendidik (Amsal 21:3) setiap orang tua perlu mengajarkan nilai-nilai
luhur keimanan ataupun moralitas kepada anak serta mengkondusifkan proses internalisasinya.
Orang tua sebagai pendidik perlu membentuk rutinitas anak dalam keluarga,
memantau kegiatan anak, dan menciptakan lingkungan ramah bagi anak; (3) menjadi
teladan (2 Timotius 1:5) menjadi teladan yang baik dalam sebuah keluarga
merupakan suatu komitmen.
Sebuah pernyataan “Strong Parents, Strong Children”
mengisyaratkan bahwa sasar atau tidak sadar dilakukan oleh orang tua sehingga
sikap yang positif terlihat dari perspektif anak dan akan memberikan pengaruh
sampai kepada keturunan anak cucu. Howard Hendrik menyatakan dalam bukunya
“bahwa Anda tidak dapat memberikan apa yang Anda tidak ketahui. Anda tidak
mengajarkan kepada anak Anda, apa yang belum Anda ketahui sebelum seorang Ayah atau
Ibu dapat membina keinginan anaknya terhadap hal-hal rohani, terlebih dahulu ia
sendiri harus mempunyai pengalaman rohani dengan Kristus; menjadi keluarga Cyber
Smart yaitu orang tua perlu berubah
secara cerdas untuk mengajar anaknya sebagai generasi Z. Orang tua dituntut
untuk berubah dan menyesuaikan strategi pengajaran dengan tantangan dan
kebutuhan anak generasi Z.
Salah satu strategi adalah menjadi keluarga Cyber
Smart yaitu keluarga yang mampu memetik berbagai keuntungan dan manfaat
dari kemajuan teknologi dan meminimalisasikan efek negatif yang mengikutinya.
Orang tua tidak dapat menarik anak untuk menjauhi perkembangan teknologi tetapi
orang tua haus ikut serta dalam dunia anak, orang tua harus mendampingi dan mampu
untuk memilah setiap informasi yang diperoleh dan membimbing anak dalam mengikuti
perkembangan. Oleh karena itu, orang tua wajib melatih dan mendidik anak dan
sebagai orang dewasa harus mengasihi, menghormati dan menyambut anak-anak.
Sulit bagi kita
untuk melindungi anak-anak kalau cara pandang kita tidak benar. Melindungi anak
sudah pasti melayani anak, tapi melayani anak belum tentu melindungi anak. Mari
bergandengan tangan bersama mewujudnyatakan generasi anak yang mengasihi Tuhan,
mencintai Firman Tuhan dan misioner.
“Anak Terlindungi, Indonesia Maju” bukan sebatas jargon
tetapi menjadi suatu tuntutan bagi setiap elemen dalam memberikan kepedulian
untuk terpenuhinya hak-hak Anak. Anak butuh dilindungi (Save the children),
Anak butuh suatu kenyaman (Make them better place) karena apa yang
penting bagi Anak menjadi penting bagi kita. Selamat merayakan Hari Anak
Nasional 23 Juli 2022.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar