Ket Foto : Dominggus Seko Korban Pemukulan |
KOTASOE-$OEPOST.COM,
Warga RT.03,Rw.02, Kampung Rote Kelurahan Soe Kecamatan Kota Soe, Kabupaten
Timor tengah Selatan, Dominggus Seko diduga telah menjadi korban pemukulan oleh
tiga oknum tentara.
Informasi
yang diperoleh media ini, kejadian tersebut terjadi pada minggu malam sekitar pukul
19.30 Wita disalah satu warung makan dekat cabang kapan Kota Soe.
Melalui
Dominggus diketahui bahwa kejadian bermula saat salah seorang temannya (Male)
memesan makanan (nasi goreng) di salah satu warung makan dekat cabang Kapan,
kota Soe.
Dirinya
bersama tiga temannya memesan 3 porsi nasi goreng sebagai "tolakan"
karena mereka sedang meminum minuman beralkohol. Karena belum membayar
Dominggus meminta Male untuk segera membayar pesanan tersebut.
Dominggus
mengatakan bahwa, temannya (Male) memberitahukan ke pemilik warung makan
tersebut untuk menunggu karena dia harus mengambil uang di ATM. Dominggus
menduga temannya berbicara terlalu dekat dengan pemilik warung sehingga pemilik
warung berasumsi Male ingin mencium dirinya.
Dominggus
menduga awal mula kejadian ini bermula dari kejadian tersebut, pemilik warung menelepon
anak mantunya yang adalah seorang tentara (H).
Tak
lama kemudian, oknum tentara tersebut (H) datang dengan beberapa temannya.
Mereka, dikatakan Male datang dengan berpakaian preman (tidak berpakaian
dinas).
Sesampainya
di TKP 3 oknum tentara yang dimaksud memukul Dominggus hingga bibirnya
berdarah. Berdasarkan keterangan Dominggus, mereka (oknum tentara) memukul
Dominggus dengan alasan Dominggus mabok Alkohol.
Tak
terima dipukul secara sepihak tanpa ditanya terlebih dahulu, Dominggus memilih
untuk melapor ke pihak kepolisian. Sesampainya di sana, ungkap Dominggus
dirinya diminta pihak kepolisian untuk melapor ke POM karena tindakan pemukulan
melibatkan oknum tentara.
Dirinya
berusaha mencari nomor ponsel POM yang bisa dihubungi, tetapi belum mendapatkan
nomor yang bisa mengakomodir pengaduannya.
Dominggus
mengaku kecewa dengan tindakan oknum tentara yang main hakim sendiri tersebut
dan ingin melanjutkan ke ranah hukum.
"Saya
tidak terima perlakuan oknum tentara tadi. Mereka memukul tanpa mengikuti
prosedur penanganan masalah yang berlaku," ungkapnya.
"Oknum
tentara yang seharusnya menjadi pelindung dan pengayom masyarakat main hakim
sendiri begini kami masyarakat mau jadi apa? Kasus ini harus diteruskan ke
jalur hukum," tambahnya.
Engelina
Toni sebagai saksi yang berbicara dengan
pihak pelaku mengaku kecewa berat dengan aksi pemukulan oleh oknum tentara
terhadap masyarakat.
"Kami
kecewa. Mereka ini aparat keamanan. Kita tahu
mereka ini yang melindungi masyarakat. Kalaupun ada yang buat
pelanggaran tolong bina mereka dengan cara yang wajar, bukan dengan kekerasan
sampai korban berdarah. Saya pikir mereka (oknum tentara) paham penanganan
masalah yang benar sesuai hukum dan undang-undang," ucapnya kesal.
"Tadi
waktu datang mereka pakai pakaian preman. Kalau masyarakat tidak
kenal mereka dan masyarakat balas dengan melakukan perlawanan siapa yang
bertanggungjawab? Ada sekitar 10 motor waktu datang tadi. Diduga mereka juga
oknum tentara," terangnya.
Terhadap
kasus ini, Babinsa wilayah Kelurahan Soe, Robi Mahuri mengatakan dirinya akan
berkoordinasi dengan pihak atas.
"Berdasarkan
cerita dari korban dan juga cerita dari kawan-kawan di warung (pihak pelaku)
terkait kronologis kejadian, saya akan membuat laporan ke pak Dandim untuk
penanganan kasus ini," katanya.
"Sebetulnya
tanpa sepengetahuan saya mereka (oknum tentara) sudah melangkah jauh sekali.
Mereka tidak berkoordinasi dengan saya. Menurut saya teman-teman salah
hierarkinya. Saya menyerahkan kembali ke korban untuk penyelesaiannya seperti
apa. Namun sebagai Babinsa saya harus berkoordinasi dengan pihak di atas untuk
mengambil langkah seperti apa. Nanti saya sampaikan kelanjutannya,"
tandasnya.
Lurah
Soe, Rihi Raja terkait kasus ini mengaku belum tahu pasti kronologisnya. Namun
dirinya berpesan kepada masyarakat untuk waspada selalu ketika mengonsumsi
minuman keras.
"Ketika
minum minuman beralkohol kita harus antisipasi situasi dan tempat sehingga
meminimalisir konflik yang bisa terjadi," paparnya.
Kemudian,
terkait aksi main hakim sendiri oknum tentara dirinya memberi kebebasan kepada
korban untuk melanjutkan laporan sebagai hak pribadi.
"Kalau
tadi sudah lapor ke Polres dan Polres bilang lapor ke POM mungkin melalui Babinsa
dulu, lalu ke danramil baru lanjut ke tingkat atas. Mungkin prosedurnya seperti
itu," ucapnya.
Rudolf
Pah, sebagai tokoh masyarakat mengaku kecewa dengan tindakan semena-mena oknum
tentara.
"Sekarang
kita lihat ada korban. Kita bertanya korban ini salah apa? Kalau ada salah
penyelesaian oleh aparat keamanan seperti apa? Bukan berdasarkan perasaan
subyektif lalu kita memukul masyarakat,"
tandasnya.
"Kelalaian
dan pelanggaran dalam masyarakat itu biasa, tetapi kejahatan itu tidak boleh.
Apakah ada tindakan kejahatan yang dilakukan oleh korban? Kita tidak bisa pukul
orang berdasarkan perasaan subyektif. Subyektif itu liar. Dia salah atau tidak
ditindak secara benar. Kalaupun dia mabok
dan belum merugikan salah satu pihak perlu digali masalahnya supaya
tidak terkesan pukul masyarakat karena perasaan subyektif," ujarnya.
Dia
meminta pihak Babinsa untuk mengurus kejadian ini secara baik sehingga nama
baik tentara tidak tercoreng oleh ulah beberapa oknum tentara. (Redaksi)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar