Penulis : Vony Kerek
Pagi itu, ketika semua makluk masih ada dalam lelap dan
memeluk mimpi mereka masing - masing, Laura gadis belia itu sudah ada di
dapurnya. Seperti biasa Laura sudah sibuk dengan aktifitasnya setelah doa pagi
yang biasa ia lakukan ketika subuh tiba. Laura menyiapkan sarapan ala kadarnya,
Nasi goreng, telur dadar dan sedikit kerupuk. ayah, ibu dan ke dua adik Laura
masih ada di kamar. mereka belum terlihat bangun. Setelah menyiapkan sarapan
Laura langsung bersiap - siap ke sekolah.
Ayah Laura adalah seorang sopir di sebuah perusahaan,
sedangkan Ibu Laura adalah seorang pedagang. Mereka memiliki sebuah kios kecil
yang dikelola oleh Ibunya dan terletak tidak jauh dari rumah mereka. Laura
memiliki adik kembar. Rina dan Rano. mereka masih berusia empat tahun.
Waktu sudah menunjukkan pukul 06.45, Laura dan Ayahnya
segera bergegas untuk berangkat. Sekolah Laura searah dengan perusahaan tempat
ayahnya bekerja, jadi setiap pagi Ayah Laura selalu mengantarkan Laura ke
sekolah, sedangkan pada waktu pulang sekolah, Laura biasanya berjalan kaki
bersama teman - temannya. Laura adalah siswi kelas 9 di sebuah SMP ternama di
kota mereka.
"Laura....sebentar sepulang sekolah Ayah jemput
ya..." kata Ayah Laura.
"Lho....Ayah mau jemput Laura? kan Ayah masih
kerja?" tanya Laura sedikit heran.
"Nanti Ayah ijin...." kata Ayah Laura sambil
tersenyum.
"Emangnya...kita mau ke mana sih Ayah?" Laura
bertanya dengan penuh rasa penasaran namun juga senang. Senang karna Ayahnya
bisa menjemputnya hari ini.
"Ssssttt....tapi jangan bilang - bilang Ibu dan adik
- adik mu yaaah....Ayah mau ajak Laura beli hadiah untuk Ibu, sebentar lagi kan
hari ulang tahun pernikahan Ayah dan Ibu...."
"Oooo....oke deh Ayah...Siaap!! Yaahh sudah...Laura
masuk kelas dulu ya Ayah..."
"Iya sayang..."
Seperti janji Ayah Laura, siang itu Ayah Laura
menjemputnya di sekolah dan mereka langsung menuju salah satu pusat
perbelanjaan di kota itu. Beberapa menit
kemudian terlihat Laura dan Ayahnya sibuk mencari hadiah yang cocok untuk Ibu.
"Memangnya, ayah mau kasih Ibu Kado apa sih?"
"Kado yang bisa menemani Ibu di setiap waktu,
terutama saat Ayah lagi gak bersama Ibu.... jadi di saat Ibu cape urus kalian
atau Ibu lagi cape dengan jualannya, ketika Ibu lihat kado itu, Ibu bisa ngerasa kalau ada Ayah di
situ....kira - kira...Apa yaaa?"
"Hhhmmm..ide Ayah boleh juga....hehehehe....tapi apa
yaaaa?" Laura pun ikut berpikir keras.
"Ooya... Yah....bagaimana kalau Ayah beli bingkai
foto saja, tapi yang ukuran sedikit besar, nah... nanti Laura ambil gambar
Ayah, Ayah kan belum ada foto sendiri, fotonya selalu bareng Ibu...bagaimana
Ayah?"
"Hhhmm...foto? Ah... jangan Laura...Kalau foto kan
di Hp juga banyak....Ayah mau belikan Ibu sapu tangan saja..."
"Kenapa Sapu tangan Yah?" tanya Laura heran.
"Iyyaahh....biar supaya kalau Ibu sedih, Ibu bisa menghapus air matanya pakai
saputangan dari Ayah atau mungkin kalau Lelah, Ibu bisa menyeka keringatnya
pakai sapu tangan ini....Bagaimana menurut Kamu?" Tanya Ayah Laura sambil
mengedipkan matanya dan tertawa.....
"Ciie...ciiee...Ayah so sweet
sekalii.....Hahahaha...." Laura dan Ayahnya tertawa sambil berjalan menuju
ke tempat penjualan Saputangan..
beberapa menit kemudian.....
"Sudah...Ayah ambil yang ini saja...." Kata
Ayah Laura sambil memilih saputangan berwarna coklat muda dengan dua garis
putih di bagian pinggirnya.
"Apa tidak terlalu besar Yah? tanya Laura.
"Tidak kok...biar nanti bukan Ibu saja yang pake,
tapi kamu dan si kembar juga, bisa pake....di kala kalian sedih atau mungkin
cape...." kata Ayah sambil tersenyum.
Setelah karyawan toko membungkus saputangan itu dengan
indah, Ayah dan Laura bergegas pulang.
"Hadiahnya mau langsung di kasih ke Ibu ,Yah?"
"Ya,,,tidak dong sayang... kan Ulang Tahun
pernikahannya masih dua hari lagi...nanti Ayah simpan di suatu tempat yang Ibu
gak tau, nanti Ayah kasi tau Laura ya..tempatnya.."
"Oke deh Ayah.."
Sesampai di rumah, seperti biasa, Ibu dan si kembar sudah
menunggu dengan makan siang ala kadarnya namun selalu terasa nikmat.
"Selamat siaang..." Laura tiba di rumah dan
langsung memberi salam.
"Selamat siaang....Lho kok tumben Ayah sama Laura
pulangnya sama - sama?"
"Ooo iyya Bu...kebetulan tadi Ayah sudah beres
kerjanya, yaaa sekalian saja jemput Laura."
"Iyyaa Bu..." Laura mengiyakan perkataan
Ayahnya.
Beberapa menit kemudian, keluarga kecil itu sudah
terlihat makan siang bersama. Mereka
makan dengan lahapnya sambil sesekali bersenda gurau.
"Oya...Bu...besok malam Ayah dapat undangan dari
Teman Ayah, anaknya menikah. acaranya jam 8 malam, jadi Ibu di rumah saja ya,
biar Ayah yang hadiri acaranya. kasian anak - anak kalau ditinggal sampai larut
malam"
"Iyyaa Yah...tapi ingat ya, Ayah pulangnya jangan
sampai larut malam..."
"Iyaa Bu."
Dua hari berlalu. malam itu Ayah bersiap siap ke Pesta.
Ibu membantu Ayah menyiapkan pakaian, sepatu dan hal - hal lain yang akan
digunakan ke Pesta. sementara Laura dan ke dua adiknya sedang belajar bersama
di meja makan.
"Ibu...uang tabungan Ayah yang di koperasi kantor,
Ayah mau pakai untuk membuat teras kecil di bagian depan rumah kita, biar untuk
tempat Ayah bisa santai - santai...jadi Ayah bisa selalu pantau si kembar
bermain dan Ibu dan Laura bekerja, bagaimana bu?"
"Iyyaa..terserah Ayah saja...agak cepat Yah...sudah
hampir jam 8 ni..."
"Iyyaa Bu...Oke..Ayah pamit yaa...daaaahh
semuanya...ingat jangan bobo sampai larut malam yaa...."
"Iyyaa Ayah..." jawab Laura dan si kembar.
Pukul 00.42. dini hari....Laura, Ibu dan si kembar masih
dalam keadaan terlelap. tiba - tiba Hp Ibu berbunyi, samar - samar Laura
mendengar suara Ibu...
"Mak...maksudnya bagaiman Pak? Suami saya kenapa
Pak? Apa..........????"
Seketika Ibu terjatuh duduk di lantai, sambil terus
mengumpulkan kekuatan untuk tetap memegang handphonenya. Laura bangun dan
bertanya....
"Ayah mu Laura....... Ayah mu kecelakaan...."
Laura segera tersadar.... benar - benar tersadar.
berharap ia dan ibunya berada dalam sebuah mimpi buruk, berharap semuanya tidak
nyata....
"lalu bagaimana Bu? Ayah di mana sekarang Bu?"
"Ayah sudah dibawa ke rumah sakit. Ayah
meninggal......"
Dua kata terakhir Ibu seperti tamparan yang amat keras
untuk Laura, seperti tsunami atau angin kencang atau apalaah....benar - benar
tidak dapat diukir dengan kata - kata...
Laura hanya terdiam.... sementara Ibu, Ibu menahan tangisnya
dalam kehancuran dan ketidak percayaan, tangan Ibu meremas sprey tempat tidur
mereka, Ibu tak kuasa menahan kerapuhannya, namun ia berusaha untuk menahan
suaranya agar tidak mengganggu tidur si kembar.....
Hancuurrr hati Ibu begitu juga Laura....Malam itu benar -
benar menjadi malam yang mengerikan dalam hidup Laura. itulah yang ia rasakan.
Keesokan harinya keluarga mengurus pemakaman ayah Laura.
Ayah Laura dimakamkan tepat di depan rumah Laura. dan ternyata rencana Ayah
untuk membuat sebuah teras kecil di depan rumah mereka, terwujud sudah,
meskipun Ayah hanya bisa menjaga Ibu, Laura dan si kembar dari alam yang
berbeda. Ibu sangat sedih apabila mengingat semua itu. Mengingat hal - hal
terakhir sebelum kepergian ayah.
Setelah semua urusan pemakaman Ayah selesai, Ibu baru
ingat kalau ternyata Ayah meninggal tepat di hari Ulang tahun pernikahan Ayah
dan Ibu, betapa hal itu menambah kesedihan untuk Ibu, dan Laura pun teringat
dengan hadiah yang sudah disiapkan Ayah untuk Ibu...
Kemudian Laura mengambil hadiah itu dan memberikannya
pada ibu....
Perlahan ibu membukanya sambil terus meneteskan air mata.
sebuah saputangan cantik berwarna coklat muda.....lengkap dengan secarik kertas
yang berisikan sebuah pesan
Bu.......
Selamat Hari Ulang Tahun
Pernikahan
Pakai ini yaaa Bu, untuk menyeka
air mata Ibu, kala Ibu sedih atau
mungkin untuk menyeka keringat Ibu
kalau Ibu lelah ngurus anak anak
dan ngurus rumah...
Ayah sayang Ibu...selalu.....
Ayah
Pesan itu....betapa hancurr hati Ibu.....juga Laura. Ibu
menangis terisak isak, seolah - olah memanggil manggil nama Ayah. Ibu benar -
benar tidak dapat membendung air mata dan kesedihannya setelah menerima hadiah
ulang tahun pernikahan dari Ayah. Laura pun tak kuasa menahan kesedihannya. ia
tak menyangka kalau ternyata Ayah pergi secepat ini, ia tak menyangka kalau
ternyata hari itu adalah kali yang terakhir untuk Ayah mengantar dan sekaligus
menjemput Laura di sekolah.
"Ayah... kenapa Ayah pergi? Apa Ayah gak sayang
Laura, Rani dan juga Rano? Ayah...." Laura hanya bisa membatin....ia tidak
ingin menunjukkan kesedihannya pada Ibunya. Ia tidak ingin kalau Ibunya semakin
sedih.
"Aku harus kuat. kata Ayah, sebagai seorang kakak
Aku gak boleh cengeng." Laura masih terus membatin, mencoba memberikan
kekuatan pada dirinya sendiri.
"Ayah.........."
Tidak ada komentar:
Posting Komentar