Penulis Elfrida Kerek
Pagi itu, tepatnya tanggal 23 Desember, aku terbangun dari tidur ku, segera ku buka kain penutup jendela kamar, kabut menyelimuti udara di luar sana, pemandangan pepohonan hijau dan beberapa pohon singkong di samping kamar ku nyaris tak terlihat. Udara pagi itu begitu dingin. Sambil melawan rasa malas dan kantuk, ku langkahkan kaki ku keluar dari kamar tidur ku. Seperti biasa rumah ku sudah dihiasi dengan pernak pernik natal. Sebuah pohon natal di sudut ruangan tamu tampak indah dan cantik dengan berbagai hiasan boneka – boneka mungil yang bergelantungan, ada juga beberapa bola dan sebuah bintang dipajang tepat di atas pohon natal itu. Semuanya benar – benar membawa suasana natal yang sangat indah. Tapi entah mengapa aku merasa bahwa ada sesuatu yang hilang, sesuatu yang harusnya ada, namun tak ada, sesuatu yang aku inginkan, atau lebih tepatnya sesuatu yang aku rindukan…. Tapi apa ya? Aku pun tidak tahu. Perasaan ku tetap mengatakan bahwa aku sedang merindukan sesuatu……
“Ayuna….” Suara mama mengagetkan ku.
“Iya Ma….”
“Ayo mandi, lalu temani mama ke pasar. Tapi sebelum mandi, tolong bantu mama rapihkan beberapa album foto ini di bawah meja”
“Iya Ma”
Aku merapihkan album – album foto itu. Ada empat album foto, ku letakkan menurut ukuran terbesar yang paling bawah. Album foto yang ke tiga berwarna merah jambu dengan hiasan boneka kartun di depannya. Aku membuka album itu. Album itu berisikan foto – foto keluarga kami dari sejak dulu hingga tahun ini. Aku membuka halaman demi halaman hingga tiba pada halaman ke tiga, aku melihat sebuah foto lama di sana. Foto aku dan Papa. Papa sedang memangku ku, memeluk ku dari belakang dan menempelkan pipinya di pipi ku. Aku dan Papa tersenyum lebar. Foto itu jelas menggambarkan betapa bahagianya aku dan mungkin juga Papa pada saat itu. Sejenak aku terhenti, ku tatap dalam – dalam foto itu, sambil jari telunjuk ku mengusap gambar bagian wajah Papa…. Dan ternyata baru ku sadari bahwa sejak pagi tadi, ketika aku bangun dari tidur ku dan merasakan sesuatu yang hilang, ternyata aku sedang merindukan Papa. Yaaa….aku sangat rindu Papa di hari ini. Segera ku tutup album itu. Aku takut Mama melihat ku. Papa dan Mama berpisah beberapa tahun lalu. Ketika itu aku masih duduk di kelas empat Sekolah Dasar. Aku tidak tahu pasti apa permasalahan mereka, tapi yang aku tahu nama Dewi sering disebut - sebut setiap Papa dan Mama bertengkar. Hingga akhirnya mereka memutuskan untuk berpisah. Aku dan Kakak ku Andini ikut Mama menurut hasil persidangan. Saat itu aku seperti berada antara sedih dan bingung, yang aku tahu adalah Papa dan Mama saling menyayangi namun kenapa mau berpisah? Seiring berjalannya waktu akhirnya aku mengerti mengapa Mama tidak mau lagi untuk hidup bersama Papa.
Kurang lebih sudah hampir enam tahun Papa dan Mama berpisah. Di tahun ke tiga Papa pernah datang ke rumah di hari Natal seperti ini, tapi Mama tidak mengijinkan Papa untuk masuk dan bertemu aku dan Ka Andini dan akhirnya Papa pulang. Aku sangat sedih waktu itu, namun Aku dan Ka Andini tidak bisa melawan perintah Mama. Sejak saat itu Aku tidak pernah mendengar suara Papa lagi apalgi melihat wajah Papa. Dan entah kenapa pada hari ini aku begitu merindukan Papa.
“Ayuna….ayo kita ke Pasar. Sebelum Hujan turun.”
“Iya ma.”
Aku segera menutup album itu dan merapihkannya di bawah meja. Lalu Aku dan Mama pergi ke Pasar. Kami membeli semua persediaan makanan untuk kebutuhan Natal. Di pasar aku bertemu banyak orang, banyak juga teman ku, teman sekolah maupun teman sekompleks. Mereka juga berbelanja makanan untuk kebutuhan Natal. Tapi mereka sedikit berbeda dengan ku. Mereka berbelanja bersama Papa dan Mama mereka. Mereka merayakan Natal dengan orang tua yang lengkap. Tidak seperti aku dan Ka Andini. Ada rasa lain di hati ku ketika aku melihat teman – teman ku. Ada rasa sedih, pilu, rindu pada Papa. Namun sangatlah tidak mungkin jika ku katakan itu pada Mama. Mama pasti akan marah. Karena Mama sering berkata jangan pernah membandingkan hidup kita dengan orang lain karena itu yang akan membuat kita jauh dari rasa Syukur. Yaaa… Mama memang benar, tapi apa Mama tahu, kalau saat ini aku begitu merindukan Papa? Apalagi saat tadi aku melihat foto di album itu. Aku tidak bisa berbuat apa – apa. Aku hanya bisa berbisik dalam hati….”Papa…ayuna ingat Papa…Ayuna Rindu Papa…..Papa di mana…..”
Keesokan harinya, aku, Mama dan Ka Andini bersiap untuk ke gereja. Untuk beribadah di malam Natal. Ibadah perayaan malam natal berjalan dengan penuh syahdu. Seperti biasa hampir semua jemaat datang bersama keluarga yang lengkap. Betapa bahagianya mereka. Pada malam itu aku berlutut dan menaikkan doa pada Tuhan, semoga Natal tahun ini aku bisa bertemu Papa, aku bisa memeluk Papa meskipun hanya beberapa menit, Semoga Papa juga di sana merindukan aku sehingga Papa bisa datang menemui aku dan Ka Andini dan semoga Mama tidak lagi melarang Papa untuk bertemu Aku dan Ka Andini.
“Ya Tuhan kabulkanlah Doa ku.” Aku membatin dengan penuh harap.”
Dua hari sudah berlalu. Aku sedang duduk di ruang tamu sambil merapihkan toples cemilan yang ada di atas meja.
“Tok….tok….tok….” bunyi pintu diketuk.
“Ayuna…tolong bukakan pintu….”
“Baik Ma…”
Aku segera membuka pintu rumah ku. Sosok tinggi dengan kulit coklat berada di depan ku. Dia memakai kemeja berwarna putih, di tangannya ada sebuah boneka berukuran sedang, boneka hellokitty berwarna putih bercampur merah muda.
“Papaaa!!” aku berteriak kaget. Segera ku peluk dia. Dan sosok itu pun memeluk ku dengan sangat kuat dan penuh kehangatan. Yaaa…. Dia Papa ku. Orang yang ku rindukan tiga hari terakhir ini, orang yang mungkin menurut mama dan seluruh dunia adalah laki – laki yang tidak baik, namun dia adalah Papa ku, kehangatan pelukan Papa masih sama, belum ada yang berubah, bahkan aku bisa merasakan ada rindu yang teramat sangat dalam pelukan itu. Mendengar teriak ku, Ka Andini pun segera berlari ke ruang tamu.
“Papaaaa” Ka Andini pun memeluk Papa. Sekejap kami bertiga larut dalam pelukan. Tidak ada satu pun yang dapat menghalangi kami pada saat itu, sekalipun Mama. Aku yakin Ka Andini juga memendam rasa yang sama seperti Aku rasakan. Tapi demi menjaga kebahagiaan dan suasana hati Mama, kami mengalah. Namun saat ini, kami benar – benar tidak bisa menahan semuanya lagi. Kami rindu Papa, yaaa…kami sangat merindukan Papa di Hari Natal ini…..
Mama berdiri dari kejauhan sambil menatap kami. Tanpa ada satu kata pun. Aku pun tak tahu apa yang Mama rasakan. Tapi yang pasti mama membiarkan pertemuan itu terjadi dan terus terjadi sampai pada akhirnya Papa memberikan aku sebuah kado natal boneka hellokitty kesukaan ku. Dan kami pun menikmati kebersamaan kami di ruang tamu, di hari natal ke dua.
“Terima kasih Tuhan….Engkau mengabulkan doa ku…” Aku kembali membatin namun bukan lagi dengan penuh harap tapi kali ini dengan penuh syukur.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar