Editor Redaksi Soe Post
R.A Kartini adalah salah satu pahlawan wanita Indonesia yang mempelopori perjuangan terhadap emansipasi Wanita. Seorang Wanita cerdas kelahiran 21 April 1879 di Jepara yang meninggalkan rekam jejak nan hebat dan amat berharga bagi kaum wanita. Disaat yang lain hanya hidup berdasarkan standar dan aturan yang telah ditentukan oleh suatu kaum sosial, tetapi berbeda dengan dirinya ia menolak standar tersebut. Dia memperjuangkan hak yang sama terhadap wanita tanpa memandang perbedaan gender. Dahulu ia bertekad supaya wanita setidaknya harus bisa membaca yang kemudian tekad tersebut semakin kuat dengan mendirikan sekolah bagi kaum wanita. Pendirian sekolah tersebut tidak lain bertujuan untuk memberikan kesempatan yang sama seperti kaum laki-laki dalam menempuh Pendidikan. Perjuangan Kartini memang telah selesai tetapi semangat emansipasi wanitanya tak akan pernah usai. Yang kemudian semangat perjuangan tersebut dilanjutkan oleh kartini-kartini milenial. Meskipun cara dan hal yang diperjuangkan sudah berbeda, namun kobaran semangatnya akan tetap sama.
Perkembangan era saat ini sudah memberikan kesempatan yang sama bagi kaum wanita. Seperti kesempatan untuk bisa menempuh Pendidikan hingga ke perguruan tinggi misalnya. Selain itu, kaum wanita sudah dipercaya dan diberi tanggung jawab menjadi pemimpin dalam suatu Lembaga atau perusahaan. Melihat hal itu, mungkin Kartini sedang menatap hangat sembari tersenyum tatkala perjuangan yang ia lakukan dahulu sudah terbayarkan.
Meskipun begitu, masih terdapat standar tertentu yang menuntut dan mengekang seorang wanita. Statement dimana seorang wanita harus cantik, memiliki kulit mulus dan putih, hingga tinggi, dan memiliki senyuman nan anggun menjadi standar seorang wanita bisa dihargai. Pertanyaannya siapa yang membuat standar tersebut? Mengapa perbedaan tone kulit bisa menjadi masalah besar?
Umpama setoples permen dengan warna yang sama di suatu wadah, bukankah akan jauh lebih menarik ketika toples tersebut diisi dengan bermacam warna dan disebut permen warna-warni?. Begitu juga dengan setiap hal yang ada dalam diri seorang
Wanita, semua orang cantik dengan pesonanya masing-masing. Berbeda bukanlah hal yang buruk tetapi menjadikan individu tersebut unik dengan ciri khasnya. Tetapi stereotip tersebut masih menjadi permasalahan yang dialami oleh kaum wanita di dunia sekalipun. Tuntutan itu memaksa wanita melakukan segala hal untuk bisa sama dengan standar yang telah ditentukan. Sehingga berakibat pada frustasi dan membenci diri mereka sendiri yang membuat sebagian orang memilih melakukan suntik putih hingga operasi supaya bisa sesuai dengan standar tersebut.
Standar kecantikan supaya bisa dihargai memang benar adanya. Salah satu contoh, ketika dilaksanakannya diskusi pendapat seorang wanita yang di beri label cantik akan lebih disimak dan didengar dibanding wanita satunya yang dianggap tidak memenuhi standar tersebut kurang mendapat apresiasi. Statement bahwa cantik adalah segalanya yang akan memberikan mereka kemudahan dalam hidup bersosial termasuk mencari pekerjaan, sama halnya dengan percaya terhadap bakat alami tanpa perlu berusaha maka ia akan terus menguasai hal tersebut. Mindset yang diyakini oleh penganut mindset tetap terkadang menjerumuskan ke dalam jurang kehancuran. Seberbakat apapun kalian tetap memerlukan usaha untuk mencapai hasil maksimal yang diinginkan. Begitupun dengan kaum wanita, kecantikan ibarat bakat alami dan bukan menjadi penentu suksesnya seseorang. Tetapi critical thinking ibarat usaha yang bila dilakukan terus-menerus maka akan mencapai hasil yang diinginkan. Sama halnya ketika R.A Kartini memperjuangkan kesempatan yang sama bagi kaum wanita dalam menempuh Pendidikan, para kartini-kartini milenial juga harus memperjuangkan diri mereka untuk tidak memaksa dan membenci diri sendiri karena tidak sesuai dengan standar yang ditentukan oleh kaum sosial tertentu. Kita semua cantik dengan versi masing-masing tidak ada yang berhak menjudge diri kita tidak pantas untuk dihargai. Jika kita dianggap buruk karena berbeda, mari buat standar kecantikan kita sendiri, peluk dirimu dan katakan bahwa kamu berharga. Selamat hari Kartini dan mari lanjutkan perjuangan sebagai kartini milenial yang tidak terbelenggu dengan stereotipe tertentu.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar