YSSP Soe Gelar Pelatihan Menulis Berita Berperspektif Gender - SOE POST

Breaking

Home Top Ad

Responsive Ads Here

Post Top Ad

Responsive Ads Here

Rabu, 15 Mei 2024

YSSP Soe Gelar Pelatihan Menulis Berita Berperspektif Gender


Liputan Reporter Nyongki Wartawan SP 
Editor Redaksi Soe Post 


TTS|Soepost.com,- Mencegah penyebaran informasi media yang mengabaikan hak dan peran gender, yayasan sanggar suara perempuan (YSSP) Soe gelar pelatihan jurnalisme. 




Melihat kemajuan teknologi dan perkembangan media saat ini, dalam penyajian berita terkait kasus kekerasan terhadap perempuan dan anak, terkesan memarginalkan hak kaum perempuan dan anak dimata media informasi. 


Sebagai lembaga swadaya masyarakat (LSM) yang berperan dalam isu kesetaraan dan keadilan gender. SSP tidak diam memandang fenomena ini terus membias dikalangan pegiat media. 


SSP memandangnya sangat penting, untuk dilakukan pelatihan penulisan berita berperspektif gender bagi jurnalis, demi menjaga, menghargai peran dan kehidupan korban kekerasan perempuan dan anak. 




Kegiatan pelatihan penulisan berita berperspektif gender yang berlangsung di aula pertemuan YSSP Soe, selasa (14/05/2024). Dihadiri oleh Direktur Yayasan Sanggar Suara Perempuam (YSSP) Ir. Rambu Atanau Mella, yang diwakili oleh wakil Direktur YSSP Soe Ir. Filpin Taneo - Therik, beserta jajaran devisi dan staf YSSP Soe. 


Hadir sebagai peserta pelatihan dalam kegiatan ini, para awak media online yang bertugas di kota Soe dan responden desa dari anggota kelompok binaan YSSP Soe sebanyak 14 orang. 


Direktur Yayasan Sanggar Suara Perempuam (YSSP) Ir. Rambu Atanau Mella, dalam sambutannya yang disampaikan oleh wakil Direktur YSSP Soe Ir. Filpin Taneo - Therik,  mengatakan bahwa penyebaran informasi sangat penting bagi SSP. Sehingga dalam melakukan kegiatan berkaitan dengan program pelayanan bagi korban kekerasan, selalu melibatkan media sebagai mitra. 


"Kami menyadari bahwa ketika dalam pelayanan, kita tidak bisa bekerja sendiri. Namun kami punya mitra wartawan yang selalu terlibat dalam setiap kegiatan SSP seperti hari perempuan international, hari anak dan 16 hari anti kekerasan terhadap perempuan serta kegiatan kampanye-kampanye, kami selalu melibatkan media." ungkap Filpin. 


Menurut Filpin pentingnya penulisan berita berperspektif gender dalam konteks Gedsi. Harus menghargai dan menjaga peran hak perempuan dan anak dalam lingkungan, dan kehidupannya. 


"Penyebaran informasi berperspektif gender sangat penting diperlukan bagi korban kekerasan. Sehingga melalui pelatihan ini, kita berharap ketika ada berita berperspektif gender yang disampaikan, dapat menghargai peran dan hak sebagai perempuan dan anak terhadap lingkungan dan orang disekitarnya. Baik peran dia perempuan maupun peran dia sebagai laki-laki" ujarnya Filpin. 


Mengakhiri sambutannya, Wakil Direktur SSP berharap melalui pelatihan tersebut, dapat memberikan kenyamanan bagi korban kekerasan berbasis gender. 


"Kita berharap, setelah kegiatan ini, teman teman yang hadir, akan membuat berita dan menyebarkannya, dapat menjaga, menghargai hak dan kehidupan korban kekerasan berbasis gender baik dia laki-laki maupun dia perempuan" harapnya. 




Hadir sebagai narasumber dalam pelatihan tersebut, Wartawati senior Pos Kupang, Ana Djukana dan membawakan materi tentang penulisan berita yang berperspektif gender bagi jurnalisme. 


Ana mengatakan bahwa penulisan berita berperspektif gender dalam konteks Gedsi merupakan proses menghargai hak dan peran perempuan sebagai korban kekerasan, yang patut dilindungi dalam penyajian berita. 


Menguraikan pengalaman tentang menulis. Ana menekankan tentang keberanian untuk terus menulis.


Peran gender, perempuan juga memperoleh hak yang sama untuk menulis. Namun hal terpenting adalah ketrampilan dasar menjadi point penting dalam menulis, dengan berpedoman pada 5W 1H. 


"Menulis adalah ketrampilan. Maka butuh waktu untuk terus berlatih. Karena menulis yang baik, harus diikuti dengan membaca dan berdiskusi" terangnya 


Dalam kegiatan pelatihan tersebut, peserta diminta membeda berita tentang kasus kekerasan terhadap perempuan dan anak. Seperti kasus pelecehan seksual, pemerkosaan, yang tidak berperspektif gedsi dalam konteks peran gender. 


Bahwa perempuan dengan segala keadaannya, jika terjadi pelecehan seksual dan kekerasan fisik, bahkan tindak pemerkosaan harus dihargai dalam penulisan berita dengan tidak mencantumkan foto korban, alamat dan identitas lengkap, hingga identitas hubungan keluarga dan orang disekitarnya. 


Bahkan alangkah baiknya, korban seperti pemerkosaan atau pelecehan seksual jangan diwawancarai langsung, namun pengambilan informasi dapat diperoleh melalui pendamping atau keluarga dekatnya. 


Sebab jika hal itu dipublikasikan, maka akan menuai beragam kesan yang mengorbankan masa depan dan kehidupan serta hak dan perempuan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Post Bottom Ad

Responsive Ads Here

Halaman