KEMATIAN MANUSIA SEBAGAI EKSISTENSI DALAM PERSPEKTIF KARL JASPERS - SOE POST

Breaking

Home Top Ad

Responsive Ads Here

Post Top Ad

Responsive Ads Here

Rabu, 19 Juni 2024

KEMATIAN MANUSIA SEBAGAI EKSISTENSI DALAM PERSPEKTIF KARL JASPERS


Penulis : Arnoldus Ende Digo, Mahasiswa Fakultas Filsafat – Universitas Katolik Widya Mandira Kupang


Peristiwa kematian manusia merupakan salah satu dari sekian banyak peristiwa yang menjadi pengalaman kontravensi. Namun di lain sisi pengalaman kematian harus diterima sebagai sesuatu yang secara kodrat ada, hadir dalam kehidupan riil. Peristiwa-peristiwa kongkret semacam itulah yang menjadi objek refleksi eksistensialis. 


Pemikiran eksistensialisme bertitik tolak dari kesadaran bahwa untuk memahami manusia, eksistensi mendahului esensi, yang artinya manusia lahir dan ada  dan kemudian mulai mengenal dan memaknai arti dari sebuah kehidupan dan kematian. Kehidupan manusia adalah soal eksistensi di dunia ini. Hidup di dunia ini berarti pertama-tama menyadari eksistensi itu. kesadaran akan hidup dan keberadaan manusia di dunia ini menjadi lebih jelas dan utuh ketika dibarengi dengan kesadaran akan kematian.


Kematian dan kehidupan merupakan monodualitas yang diperhadapkan oleh manusia. Manusia perlu mengenal apa arti dari kehidupan yang berproses menuju pada pengenalan akan kematian. Kematian itu tidak pernah menjauhi dari manusia, karena kematian itu sendiri berjalan bersama kehidupan. Dengan kesadaran akan adanya kematian, disana manusia merumuskan kematian sebagai situasi batas dan pemenuhan eksistensi manusia di hadapan Trasendensi. 


Kematian merupakan situasi ambang batas, namun ia hadir sebagai yang menghantar manusia kepada pemenuhan eksistensi dihadapan Transendensi.  Jaspers melukiskan kematian yang imanen itu merupakan batu loncatan menuju pemenuhan diri yang asli dan sempurna.


Dengan demikian kematian itu adalah keharusan bagi manusia demi perwujudan dirinya yang asli. Bagi Jaspers situasi batas mengandung pengertian ada sesuatu yang lain dibalik batas itu. Dibalik situasi kematian manusia bukan berarti suatu ketiadaan, tetapi ada sesuatu yang lain, dan yang lain itu adalah Transendensi. Didalam Transendensi itu manusia sebagai eksistensi menemukan dirinya yang asli, utuh dan sempurna, penuh dan intim. Adanya manusia sebagai eksistensi akan berakhir dalam dunia. Tetapi memperoleh adanya yang asli dan sempurna setelah kematian


Kehidupan itu berjalan bersama dengan kematian, karena kehidupan adalah jalan satu-satunya menuju kematian, dan kematian adalah bagian alami dari kehidupan. Tanpa kematian, kita tidak akan menikmati awal dari perjalanan keabadian. Maka kematian itu merupakan bagian yang misteri sekaligus integral bagi manusia agar ia dapat  bereksistensi dalam Transendesi untuk menemukan dirinya yang asli dan sempurna. 



Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Post Bottom Ad

Responsive Ads Here

Halaman