Penulis Fransiska Ottu, SE.,M.Pd.K (Dosen pada STAK Arastamar SoE)
Dalam kehidupan, terutama dalam kepemimpinan, pujian dan penghormatan seringkali datang lebih awal daripada pencapaian yang sesungguhnya. Banyak pemimpin menerima apresiasi sebelum mereka benar-benar membuktikan karakter dan ketulusan mereka dalam mengemban tugas.
Dalam perspektif Kristen, penghormatan awal dapat menjadi ujian yang besar karena berpotensi menjerumuskan pemimpin ke dalam keangkuhan, kehilangan fokus, dan bahkan kejatuhan moral serta spiritual.
Alkitab banyak mencatat bagaimana para pemimpin besar mengalami bahaya ketika mereka terlalu cepat menikmati penghormatan tanpa menyadari tanggung jawab yang menyertainya. Misalnya Raja Saul, kehilangan takhtanya karena lebih memilih pengakuan manusia daripada ketaatan kepada Tuhan (1 Samuel 15:24-26).
Bahkan Yesus sendiri, ketika dicobai di padang gurun, menolak kemuliaan duniawi yang ditawarkan Iblis karena Ia memahami bahwa kehormatan sejati datang dari Bapa di surga (Matius 4:8-10).
Terdapat beberapa poin yang akan dijelaskan, sebagai berikut:
1. Pujian Dini Sebagai Ujian Karakter. Pujian dapat menjadi ujian terhadap karakter seorang pemimpin. Dalam Amsal 27:21 dikatakan, "Kui adalah bagi perak dan perapian bagi emas, dan orang dinilai menurut pujian yang diberikan kepadanya." Ayat ini mengajarkan bahwa pujian bisa menjadi alat ujian, apakah seseorang tetap rendah hati atau justru terbawa dalam kesombongan. Pemimpin yang tidak siap dengan penghormatan awal dapat jatuh dalam sikap narsistik, menganggap dirinya lebih tinggi dari orang lain, dan melupakan misi sejati dalam kepemimpinannya. Dalam banyak kasus, ini mengarah pada penyalahgunaan wewenang dan sikap yang meremehkan kebutuhan orang lain.
2. Bahaya Terbuai dalam Penghormatan. Sejarah mencatat bahwa banyak pemimpin besar jatuh justru ketika mereka mulai menikmati penghormatan tanpa introspeksi. Dalam 2 Samuel 11, Raja Daud yang sebelumnya dikenal sebagai pemimpin yang berkenan di hadapan Tuhan, jatuh dalam dosa dengan Batsyeba. Ini terjadi ketika ia berada di puncak kejayaan dan mungkin merasa "terlalu aman" dalam posisinya. Yesus memberi peringatan keras terhadap para pemimpin yang menikmati penghormatan tanpa hati yang benar. Dalam Matius 23:5-7, Ia mengecam para ahli Taurat dan orang Farisi yang senang dengan penghormatan publik tetapi hatinya jauh dari Tuhan. Hal ini menunjukkan bahwa pujian yang diterima tanpa kesiapan rohani dapat menjadi bencana bagi kepemimpinan seseorang.
3. Pemimpin yang Waspada: Tetap Rendah Hati dan Mengutamakan Tuhan. Dalam Filipi 2:5-8, Rasul Paulus menasihati bahwa sikap yang harus dimiliki seorang pemimpin adalah kerendahan hati seperti Kristus, yang tidak mencari kemuliaan duniawi, melainkan menaati kehendak Bapa hingga akhir. Seorang pemimpin Kristen harus senantiasa waspada terhadap pujian dan penghormatan, dengan selalu mengingat bahwa segala sesuatu adalah untuk kemuliaan Tuhan, bukan diri sendiri. Yakobus 4:10 juga mengingatkan, "Rendahkanlah dirimu di hadapan Tuhan, dan Ia akan meninggikan kamu." Artinya, pemimpin yang tetap rendah hati dan tidak terbuai oleh penghormatan awal akan mendapatkan peninggian yang sejati dari Tuhan, bukan dari manusia.
Menelisik sebuah ungkapan "Waspadalah pada orang yang datang pertama dan mencium karena itulah yang akan membawa bencana" mengandung peringatan untuk berhati-hati terhadap orang yang pertama kali mendekat dan menunjukkan sikap yang tampak ramah atau mesra, karena bisa jadi mereka memiliki niat tersembunyi yang bisa berbahaya.
Dari perspektif Kristen, ungkapan ini mengingatkan pada peristiwa-peristiwa dalam Alkitab, seperti pengkhianatan Yudas terhadap Yesus. Dalam Matius 26:48-50, Yudas datang kepada Yesus dengan ciuman sebagai tanda untuk menyerahkan-Nya kepada para pemimpin agama yang ingin menangkap Yesus. Ciuman ini, yang seharusnya menjadi tanda kasih, malah menjadi alat pengkhianatan yang membawa bencana, yaitu penyaliban Yesus.
Makna yang dapat diambil adalah pentingnya kewaspadaan terhadap orang yang tampaknya datang dengan niat baik, namun sesungguhnya bisa memiliki agenda tersembunyi yang merugikan. Dalam kehidupan Kristen, hal ini mengajarkan kita untuk berhati-hati dalam mempercayai orang lain dan untuk selalu meminta petunjuk Tuhan agar tidak terjebak dalam kejahatan atau pengkhianatan. Kepercayaan dan kasih harus diberikan dengan kebijaksanaan, dan kita diajak untuk senantiasa berdoa agar Tuhan memberikan perlindungan dari bahaya yang tidak tampak.
Ungkapan tersebut juga menggambarkan peringatan bagi para pemimpin untuk berhati-hati dalam merespon pujian atau penghormatan yang diberikan kepada mereka. Pujian, meskipun bisa menjadi bentuk apresiasi atau pengakuan atas prestasi, dapat menjadi jebakan yang berbahaya jika pemimpin mulai merasa lebih tinggi dari yang seharusnya. Dalam Alkitab, kita dapat menemukan banyak contoh tentang betapa mudahnya seorang pemimpin terjerumus ke dalam kesombongan atau kebanggaan yang berlebihan, yang akhirnya dapat membawa kehancuran.
Pesan bijak ini pun menyampaikan peringatan kepada pemimpin untuk selalu berhati-hati terhadap orang yang datang dengan tampilan atau sikap yang terlalu ramah, karena kadang-kadang orang yang terlihat paling setia atau penuh perhatian justru memiliki agenda tersembunyi yang bisa merusak. Sebagai pemimpin, penting untuk memiliki kebijaksanaan dalam menilai karakter seseorang dan tidak hanya terjebak oleh penampilan luar. Sebagai pengikut Kristus, seorang pemimpin juga diajarkan untuk selalu berhati-hati, mengandalkan hikmat Tuhan, dan memiliki ketajaman rohani dalam mengambil keputusan.
Secara lebih luas, ungkapan ini mengingatkan pemimpin untuk waspada terhadap godaan atau pengaruh yang tampaknya positif namun bisa membawa kerusakan. Pemimpin yang bijaksana harus bisa membedakan antara kasih yang tulus dan kepura-puraan, serta menjaga integritas dan keadilan dalam setiap keputusan yang diambil.
Pemimpin Kristen dipanggil untuk meneladani sikap Yesus, yang meskipun memiliki otoritas tertinggi, memilih untuk melayani dan merendahkan diri. Dalam Yohanes 13, Yesus membasuh kaki murid-murid-Nya sebagai contoh tentang pentingnya kerendahan hati dan pelayanan. Oleh karena itu, penting bagi pemimpin Kristen untuk tetap rendah hati dan waspada terhadap godaan pujian yang berlebihan, selalu ingat bahwa setiap pencapaian atau kehormatan datang dari Tuhan, dan bahwa posisi mereka adalah untuk melayani, bukan untuk dipuja.
Dengan demikian, waspada terhadap "penghormatan awal" berarti menjaga hati yang tulus dan selalu menyandarkan setiap pencapaian kepada Tuhan, bukan kepada diri sendiri. Pujian bisa menjadi jebakan jika tidak disikapi dengan bijak, karena hal itu dapat menyebabkan pemimpin untuk melupakan tujuan mereka yang sejati yaitu untuk memuliakan Tuhan dan melayani sesama.
Pujian dan penghormatan adalah bagian tak terhindarkan dalam perjalanan kepemimpinan, tetapi dalam perspektif Kristen, hal ini bukanlah tujuan utama. Pemimpin yang bijak akan melihat penghormatan awal sebagai ujian iman dan karakter. Ketidaksiapan dalam menghadapi pujian dapat membawa bencana berupa kesombongan, penyalahgunaan kekuasaan, dan kejatuhan moral.
Seorang pemimpin Kristen harus selalu waspada terhadap bahaya penghormatan awal dengan tetap rendah hati, meneladani Kristus, dan mengandalkan Tuhan dalam setiap keputusan. Sebab, penghormatan sejati bukanlah yang diberikan manusia, melainkan yang berasal dari Tuhan pada waktu-Nya yang sempurna.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar