Penulis Phidolija Tamonob, M.Pd.K, Dosen Sekolah Tinggi Agama Kristen Arastamar Soe (STAKAS).
Seluruh warga gereja terpanggil menjadi pelayan, sesuai dengan talenta dan karunia yang diterima masing-masing dari Tuhan, dan sesuai dengan asas imamat am orang percaya.
Sebagai orang percaya ataupun orang Kristen, pelayanan adalah sebuah kewajiban yang harusnya dilakukan oleh setiap orang percaya, hanya saja masih begitu banyak orang yang tidak ingin untuk memberikan dirinya untuk melakukan pelayanan bagi Tuhan baik di dalam gereja ataupun kepada lingkungan yang ada disekitarnya.
Dalam perjanjian lama, pelayanan diartikan sebagai pelayan atau pembantu/asisten. Melayani atau membantu manusia yang lain. (Kejadian 39:4; 40:4). Sedangkan Pelayanan (duolos) dalam perjanjian baru diterjemahkan sebagai “budak”, “hamba”, “pegawai raja” “orang yang bergantung pada.”
Pelayanan di gereja adalah suatu panggilan untuk melayani Allah dan sesama. Dalam pelayanan gereja, peran presbiter dan jemaat sangat urgent untuk mencapai tujuan pelayanan tersebut. Presbiter, sebagai pemimpin rohani, dan jemaat, sebagai anggota tubuh Kristus, memiliki peran yang berbeda dan saling melengkapi. Hubungan yang harmonis antara presbiter dan jemaat menjadi kunci sukses dalam pelayanan yang efektif dan berhasil. Hubungan yang baik antara keduanya dapat membangun gereja yang sehat dan menghasilkan buah rohani yang matang dan berkualitas.
Peran Presbiter dalam Pelayanan Gereja
Kata presbiterial berasal dari kata presbiter (dari bahasa Yunani), atau zaqen (dari bahasa Ibrani) yang berarti "Ketua" dalam bahasa Indonesia. Jabatan penatua atau presbiter (Yunani: Presbuteros), secara harafiah diartikan sebagai yang dituakan, yang berpikir matang (sesepuh). Presbiter adalah pemimpin rohani yang diangkat untuk membimbing, mengajar, dan menjaga jemaat dalam kebenaran firman Tuhan. Selaku pemimpin, presbiter memiliki tanggung jawab besar untuk mengarahkan jemaat, membimbing mereka dalam kehidupan rohani, serta memberikan pengajaran yang benar sesuai dengan Kebenaran firman Tuhan. Dalam melaksanakan pembinaan jemaat, 1 Timotius 3:1-7, menjelaskan kualifikasi seorang presbiter yang patuh memiliki karakter yang baik, bijaksana, dan bertanggung jawab dalam melayani jemaat.
Presbiter bertugas untuk memimpin persekutuan jemaat, membimbing dalam ibadah, serta memastikan bahwa jemaat hidup sesuai dengan ajaran Kristus. Tuhan memperlengkapi pemimpin atau pelayan dengan sejumlah karunia, karunia ini dimaksudkan agar dalam melakukan pembinaan, mereka dengan baik menuntun jemaat, dalam bimbingan dan arahan Firman Tuhan. Mereka juga memiliki peran dalam memberikan penghiburan dan nasihat rohani kepada jemaat yang sedang mengalami pergumulan. Melalui pengajaran yang bijaksana dan tindakan yang penuh kasih, presbiter dapat menuntun jemaat untuk semakin dekat dengan Tuhan.
Peran Jemaat dalam Pelayanan Gereja
Jemaat, sebagai anggota tubuh Kristus, juga memiliki tanggung jawab untuk aktif dalam pelayanan gereja. Setiap anggota tubuh memiliki peran yang berbeda, namun semuanya saling melengkapi untuk membangun gereja dan melayani Tuhan. Setiap anggota jemaat tentunya memiliki potensi atau kemampuan masing-masing yang Tuhan karunia kan untuk melayani-Nya. Untuk mengembangkan potensi pelayanan yang ada pada jemaat, maka perlu keaktifan dan keterlibatan anggota jemaat dalam kegiatan gereja.
Setiap anggota jemaat yang sudah mengalami pertumbuhan secara rohani, maka mereka akan memiliki kerinduan untuk melayani. Dan ketika mereka memutuskan untuk terlibat dalam pelayanan maka mereka akan totalitas di dalam pelayanan tersebut atau pelayanan mereka akan efektif dan berkualitas. Hal ini dikarenakan dalam hidup mereka ada tujuan untuk mencapai segala sesuatu dengan maksimal, termasuk dalam hal pelayanan di gereja. Bahkan anggota jemaat yang sudah bertumbuh tersebut akan menyadari bahwa pelayanan bukanlah suatu pilihan dalam hidup mereka melainkan suatu keharusan bagi setiap orang percaya yang telah mengenal Kristus.
Relevansi yang Harmonis antara Presbiter dan Jemaat
Relevansi antara presbiter dan jemaat yang harmonis adalah dasar dari pelayanan yang efektif, berkualitas dan penuh berkat. Ada beberapa hal yang mendukung hubungan yang harmonis ini:
Pertama, Kerjasama dalam Pelayanan. Hubungan yang harmonis antara presbiter dan jemaat akan tercipta melalui kerjasama yang baik. kerjasama memiliki arti yaitu “kegiatan atau usaha yang dilakukan oleh beberapa orang atau pihak untuk mencapai tujuan bersama”. Moh Jafar Hafsah (dalam Maddy, 2009) menyebut kerjasama ini dengan istilah “kemitraan” yang artinya adalah “suatu strategi bisnis yang dilakukan oleh dua pihak atau lebih dalam jangka waktu tertentu untuk meraih keuntungan bersama dengan prinsip saing membutuhkan dan saling membesarkan” .
Dengan bekerja sama maka kita akan melakukan banyak hal dibandingkan kita mengerjakannya sendiri. Kerjasama menuntut kebersamaan, dan kebersamaan itu menuntut keterbukaan, dan keterbukaan itu menuntut kepercayaan. Presbiter sebagai pemimpin rohani tidak dapat bekerja sendirian, melainkan membutuhkan partisipasi aktif dari jemaat. Begitupun sebaliknya, jemaat memerlukan arahan dan pembinaan dari presbiter. Efesus 4:11-12, Paulus mengajarkan bahwa Tuhan memberikan berbagai karunia untuk membangun tubuh Kristus. Presbiter dan jemaat harus bekerja bersama untuk membangun gereja dan memperluas kerajaan Allah.
Kedua, Saling Menghormati dan Menghargai. Pemimpin rohani/presbiter memiliki peran penting dalam kehidupan jemaat Kristen. Mereka bertanggung jawab untuk menggembalakan, mengajar, dan menjadi teladan bagi orang percaya. Presbiter harus memimpin dengan kasih dan bijaksana, sementara jemaat juga harus menghargai tugas dan pelayanan yang diberikan Tuhan kepada presbiter. Dalam Ibrani 13 : 7, kita diperintahkan untuk mengingat, menghormati dan meneladani para pemimpin yang telah mengajarkan firman Tuhan kepada kita.
Ketiga, Komunikasi yang Terbuka dan Jujur. Komunikasi antara gembala atau pendeta dengan jemaat dalam gereja memiliki peranan penting dalam memengaruhi pertumbuhan rohani dan keterlibatan jemaat dalam pelayanan presbiter dan jemaat perlu menciptakan dan merawat hubungan di dalam persekutuan melalui proses komunikasi yang saling memberi dan menerima pesan. Proses komunikasi tersebut memainkan peran penting dalam membuat persekutuan dapat berfungsi dengan baik Sebagai pemimpin, presbiter perlu mendengarkan kebutuhan, kekhawatiran, dan harapan jemaat, sementara jemaat juga harus terbuka dan jujur dalam menyampaikan perasaan dan pertanyaan mereka kepada presbiter. Komunikasi dapat digunakan untuk menginspirasi perubahan positif dan meningkatkan kinerja dan hasil yang lebih baik. Dengan komunikasi yang terbuka, baik presbiter maupun jemaat dapat saling memahami dan bekerjasama untuk memajukan pelayanan gereja. Jemaat yang terlibat dalam diskusi pelayanan, mereka cenderung akan lebih bersemangat dalam mendukung pelayanan gereja.
Keempat, Doa Bersama. Salah satu bentuk korelasi yang harmonis antara presbiter dan jemaat adalah melalui doa bersama. Doa adalah cara yang paling penting dalam hubungan komunikator dengan Allah. Berdoa berarti komunikator berkomunikasi dengan Allah. Berbagi masalah Bersama Allah dan Allah pasti memberi jalan pemecahannya. Disini doa adalah gaya hidup anak-anak Tuhan . Doa adalah pintu gerbang untuk berkomunikasi dengan Allah. Seseorang yang tidak berdoa tidak lagi hidup untuk dirinya dan oleh kekuatannya sendiri. Doa adalah tanda dari spiritualitas seseorang yang selalu bergantung mutlak kepada Allah. Doa adalah faktor penting yang sangat menentukan kuasa dan keberhasilan dalam pelayanan. Dalam Filipi 1:3-4, Paulus menekankan pentingnya doa bagi jemaat dan pelayanan gereja. Doa adalah sarana yang mempererat hubungan antara presbiter dan jemaat, serta menjadi kekuatan dalam menghadapi tantangan dalam pelayanan. Melalui doa bersama, presbiter dan jemaat dapat saling mendukung dan menyerahkan segala hal kepada Tuhan.
Relevansi antara presbiter dan jemaat yang harmonis adalah kunci dari pelayanan gereja yang efektif dan berbuah. Melalui kerjasama, saling menghormati, komunikasi yang terbuka, dan doa Bersama. Hubungan antara presbiter dan jemaat dapat menciptakan suasana pelayanan yang penuh kasih dan syukur. Presbiter dan jemaat saling melengkapi, bekerja sama untuk membangun tubuh Kristus yang adalah Kerajaan Allah, dunia ini. Dalam keharmonisan ini, pelayanan gereja akan berkembang, dan jemaat akan bertumbuh menjadi serupa dengan Kristus.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar